Kemarin aku merasa yang entahlah, pergumpalan rasa penat yang aku sendiri tak paham. Dan menulislah diriku.
Adakalanya di suatu
titik kita merasa segala yang kita lakukan, usahakan, perjuangkan, korbankan,
dan segalanya yang dari kita telah maksimal, begitu banyak. Namun ternyata
masih belum selesai. Masih kurang banyak mungkin. Titik yang kita sendiri pun
belum lelah melangkah dan bertarung. Kita masih kuat untuk melanjutkan hingga
akhir. Meski harus berpacu mengimbangi hingga melawan waktu. Kita berpikir
bisa. Titik ini bukan kelemahan diri.
Namun titik ini juga merupakan titik
rawan. Adalah ketika kita akhirnya tak bisa. Pencapaian itu kosong. Khawatir
tetap lah ada. Maka di titik inilah perasaan berat itu ada. Merasa, oh aku
sudah berupaya keras dan masih harus lebih keras lagi untuk bisa memenuhi
pencapaian. Suatu titik yang menjadi sebuah kata lelah. Rasanya ingin sekali
berkata, aku lelah… Dan di titik inilah aku berada. Aku masih memiliki harapan
tinggi untuk berjuang lebih banyak dan aku merasa mampu. Tetapi ternyata ada
perasaan aku ingin beristirahat. Mungkin sekedar menangis.
Kamis, 29 November 2012
Rabu, 28 November 2012
Renungan Hati yang Melembut
Ketika hati tengah melembut dan mengingat hakikatku sebagai makhluk yang lemah, adalah saat yang tepat untuk meresapkan dan mengingat kembali kebaikan dan kesadaran yang lain. Tentang ajal. Aku membaca tulisanku yang kutulis waktu Ramadhan kemarin. Sebagai perenungan kembali.
Kemarin pagi aku mendapat kabar dari sahabat yaitu kabar duka. Dosenku meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun… Saat itu aku tengah mengepel lantai dan hanya kaget sesaat karena aku melanjutkan pekerjaanku. Sesaat saja dzikrul mautku. Selintas saja pula pikiran waktu ajalku pun mendekat. Benar, daftar nama-nama manusia yang dicabut nyawanya akan semakin ke bawah. Mendekat kepada namaku. Pagi ini aku berusaha merenunginya. Benar-benar mengetuk sendiri pintu hatiku. Seolah mendapat pernyataan, giliranmu semakin dekat. Daftar itu benar semakin memendek setiap tercabutnya satu nyawa. Memendek ke arahku. Daftar nama kita masing-masing. Dan aku sungguh tersadarkan mengingat dosenku itu adalah ibu muda yang terlihat baik-baik saja beberapa bulan terakhir. Ah, jangankan beberapa bulan, semenit sebelumnya baik pun jika telah takdirnya akan tercabut jua nyawa. Jangankan ibu muda, anak kecil dan bayi pun banyak yang telah dipanggil Allah. Apalagi diriku yang berusia dewasa dan banyaaak dosa. Ajal sungguh sebuah rahasia besar yang menakutkan. Tak mengenal usia, keadaan, keimanan dan kesiapan. Ia akan datang dengan tegas dan tanpa ampun! Demi Allah, sudah pasti kematian yang akan datang kepada kita. Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat (Al-A’raf : 34). Lalu kenapa aku masih juga bersantai… duhai diri… sadarlah bahwa perbekalan masih sangat sedikit… bagaimana akan minum ketika dahaga, bagaimana akan makan saat lapar dan bagaimana akan berteduh di waktu panas, jika tak ada perbekalan yang banyak dan lengkap untuk perjalanan panjang di padang ma’syar? Sadarlah diri saat ini tengah menapaki ramadhan nan mulia, penuh kesempatan dan melimpah berkah. Kenapa masih juga bersantai? Bagaimana jika daftar itu hanya berjarak beberapa nama dariku? Celaka! Bagaimana ketika aku tengah melakukan kesia-sian dan kemalasan ajal datang? Celaka! Demi Allah, tak ada jaminan yang bisa dipertaruhkan ketika ajal tiba-tiba datang dan kita sedang lakukan hal buruk. Ya Allah, hati ini hanya bisa merinding membayangkan dan beristghfar memohon agar tak terjadi padaku. Semua pasti menginginkan khusnul khatimah… dan itu hanya terjadi jika sehari-hari pun baik.
Kemarin pagi aku mendapat kabar dari sahabat yaitu kabar duka. Dosenku meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun… Saat itu aku tengah mengepel lantai dan hanya kaget sesaat karena aku melanjutkan pekerjaanku. Sesaat saja dzikrul mautku. Selintas saja pula pikiran waktu ajalku pun mendekat. Benar, daftar nama-nama manusia yang dicabut nyawanya akan semakin ke bawah. Mendekat kepada namaku. Pagi ini aku berusaha merenunginya. Benar-benar mengetuk sendiri pintu hatiku. Seolah mendapat pernyataan, giliranmu semakin dekat. Daftar itu benar semakin memendek setiap tercabutnya satu nyawa. Memendek ke arahku. Daftar nama kita masing-masing. Dan aku sungguh tersadarkan mengingat dosenku itu adalah ibu muda yang terlihat baik-baik saja beberapa bulan terakhir. Ah, jangankan beberapa bulan, semenit sebelumnya baik pun jika telah takdirnya akan tercabut jua nyawa. Jangankan ibu muda, anak kecil dan bayi pun banyak yang telah dipanggil Allah. Apalagi diriku yang berusia dewasa dan banyaaak dosa. Ajal sungguh sebuah rahasia besar yang menakutkan. Tak mengenal usia, keadaan, keimanan dan kesiapan. Ia akan datang dengan tegas dan tanpa ampun! Demi Allah, sudah pasti kematian yang akan datang kepada kita. Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat (Al-A’raf : 34). Lalu kenapa aku masih juga bersantai… duhai diri… sadarlah bahwa perbekalan masih sangat sedikit… bagaimana akan minum ketika dahaga, bagaimana akan makan saat lapar dan bagaimana akan berteduh di waktu panas, jika tak ada perbekalan yang banyak dan lengkap untuk perjalanan panjang di padang ma’syar? Sadarlah diri saat ini tengah menapaki ramadhan nan mulia, penuh kesempatan dan melimpah berkah. Kenapa masih juga bersantai? Bagaimana jika daftar itu hanya berjarak beberapa nama dariku? Celaka! Bagaimana ketika aku tengah melakukan kesia-sian dan kemalasan ajal datang? Celaka! Demi Allah, tak ada jaminan yang bisa dipertaruhkan ketika ajal tiba-tiba datang dan kita sedang lakukan hal buruk. Ya Allah, hati ini hanya bisa merinding membayangkan dan beristghfar memohon agar tak terjadi padaku. Semua pasti menginginkan khusnul khatimah… dan itu hanya terjadi jika sehari-hari pun baik.
Senin, 26 November 2012
Semangat Farmasi Klinis
Setelah kemarin kita belajar farmasi industri, sekarang mau
bercerita soal farmasi klinis. Yia… ini kesukaanku… Iyalah, sesuai jurusanku
gitu. Soalnya lagi, tadi habis kuliah Farmasi Rumah Sakit. Jadi masih membara
nih semangatnya! Grooo… (ah lebay…!) harus itu (lho?), udah ah nanti Sahabat
yang lagi baca bingung nih… Lets to the theme…
Farmasi klinis itu tentang peranan farmasis di bidang pelayanan
obat di masyarakat, bisa di apotek maupun di Rumah Sakit. Komunitas lah istilah
lainnya. Kalau Farmasi Industri itu farmasi yang berhubungan dengan pembuatan
dan penyediaan obat. Berada di pabrik sederhananya. Luasnya, bisa kemana-mana.
Kita bahas lain waktu ya. Kita bicara soal klinis dulu.
Sebelumnya, tadi dosenku Farmasi RS bilang kalau kita belajar
kok susah banget ngerti, susah mengingat dan merasa kok buntu… banget dengan
tugas atau materi yang kita pelajari, segera ingat Allah. Secepatnya mengadu
dan berdoa kepada Allah. Mungkin dengan kalimat begini, “Ya Allah, aku belajar
ini agar kelak aku bisa mengamalkan ilmuku di masyarakat, membantu orang lain.
Maka mohon mudahkanlah aku Ya Allah… Aku sungguh-sungguh ingin dan berniat agar
ilmuku bisa bermanfaat untuk orang banyak, jadi aku mohon mudahkanlah aku
memahami dan mengingat ilmu yang kupelajari…” Intinya seperti itu lah Sahabat,
kalau mau ditambahin juga boleh… Isi dari berdoa kan bisa juga merayu ya… Insya Allah dikabulkan jika kita
bersungguh-sungguh dan tulus…
Rabu, 21 November 2012
Sirup Sabar
Ahaha,
membaca kalimatku sendiri, memproduksi kesabaran, membuatku tersenyum. Bisa saja
kalimatku. Dan karena aku sedang PBL herbal, aku jadi terpikir untuk membuat
produk kesabaran.
Pertama adalah mengekstraksi sabar dari taman hati dengan menggunakan air yang halal dan baik, bukan alkohol yang haram. Dengan cara infusa, bukan maserasi yang butuh waktu lama. Karena infusa memanaskan semangat, mendidihkan yakin dan menguapkan prasangka buruk ^ ^ Setelah diuapkan segala keburukan dan didapatkan ekstrak sabar yang agak kental siap diformulasikan.
Sediaan yang dipilih adalah sediaan cair. Akan dibuat sirup sabar yang merupakan larutan, bukan emulsi atau suspensi yang kestabilannya sedikit rumit. Keduanya harus digojog kuat agar kesabaran merata, sedangkan sirup hanya dikocok sedikit. Bukan pula sediaan tablet atau kapsul yang memerlukan air atau lainnya untuk menelannya, sedangkan sirup mudah ditelan. Karena sirup juga terasa manis, membuat kita menyukainya. Ditambah warna-warni yang menarik, menjadikan sirup sabar indah untuk kita. Jadi, selamat menikmati sirup sabar…
Pertama adalah mengekstraksi sabar dari taman hati dengan menggunakan air yang halal dan baik, bukan alkohol yang haram. Dengan cara infusa, bukan maserasi yang butuh waktu lama. Karena infusa memanaskan semangat, mendidihkan yakin dan menguapkan prasangka buruk ^ ^ Setelah diuapkan segala keburukan dan didapatkan ekstrak sabar yang agak kental siap diformulasikan.
Sediaan yang dipilih adalah sediaan cair. Akan dibuat sirup sabar yang merupakan larutan, bukan emulsi atau suspensi yang kestabilannya sedikit rumit. Keduanya harus digojog kuat agar kesabaran merata, sedangkan sirup hanya dikocok sedikit. Bukan pula sediaan tablet atau kapsul yang memerlukan air atau lainnya untuk menelannya, sedangkan sirup mudah ditelan. Karena sirup juga terasa manis, membuat kita menyukainya. Ditambah warna-warni yang menarik, menjadikan sirup sabar indah untuk kita. Jadi, selamat menikmati sirup sabar…
Minggu, 18 November 2012
Penawar Hitam Pikiran Buruk
Tidak jadi
ke pantai, ya aku lihat foto-fotoku di pantai saja deh… Sama rasanya mungkin. Aku
kan melihat fotoku kemudian membayangkan waktu itu. Betapa indahnya betapa
senangnya. Betapa sejuknya hati. Bukankah akan sama juga ketika aku ke pantai. Merasakan
semua rasa itu. Jadi tak perlulah mungkin aku susah payah dan capek ke pantai…
hehe… ^ ^ ini pikiran positif untuk sedih karena tak jadi ke pantai.
Kalau
aku ke pantai dan jadi ketagihan, gimana nah lho? Perginya bareng teman-teman,
ketawa-ketawa, foto-foto dan bersenang-senang. Bisa lalai tuh. Bisa merubah
kepribadian juga. Aku terbawa arus pula. Jadi sebaiknya memang tak perlu
menyenangkan hati dengan pergi ke pantai bareng teman, pikiran positif untuk
tak terima dan kecewa ketika tak jadi ke pantai.
Kamis, 15 November 2012
Kesempatan Sempurna
Fiuh... Sepertinya aku memang harus mengatakan pemikiranku ini. Em, bisikan hati juga. Pada sahabat semua. Kalau ada yang salah, siap dibenarkan. Silahkan komen ya Sahabat...
Begini, tentang kesempatan. Entah sejak kapan aku selalu mengharapkan kesempatan yang kuinginkan, yang kuanggap paling tepat, yang sangat sempurna. Sehingga aku akan merasa bahagia... beruntung... lega.... dan Waow! Apa pun. Tentang banyak hal. Aku sering mendambanya. Salahkah?
Jawabannya tentu tidak. Setiap keinginan adalah hak semua manusia. Wajar. Tetapi akan menjadi kesalahan besar ketika keinginan itu menjadi obsesi dan membuatku hanya menunggu dan selalu menunggu terwujudnya keinginan itu. Aku menanti kesempatan yang tepat untukku. Menanti dan terus menanti tanpa melakukan sesuatu.
Kesalahan berikutnya adalah aku yang melewatkan banyak kesempatan yang datang. Hanya karena merasa kesempatan itu tidak cocok untukku, tak akan membuatku berhasil. Hah, apa dasarku merasa seperti itu. Siapa aku yang sok tahu tentang kesempatan yang datang. Beraninya meramalkan kesempatan itu tak akan berhasil membawaku pada kesuksesan dan kebahagiaan. Baru kusadari sekarang, betapa aku ini sangat kurang ajar kepada Allah, karena telah mencampuri hakNya dan kehendakNya tentang takdir kesempatan yang diberikan padaku. Oh Najmi... how can you do it?
Begini, tentang kesempatan. Entah sejak kapan aku selalu mengharapkan kesempatan yang kuinginkan, yang kuanggap paling tepat, yang sangat sempurna. Sehingga aku akan merasa bahagia... beruntung... lega.... dan Waow! Apa pun. Tentang banyak hal. Aku sering mendambanya. Salahkah?
Jawabannya tentu tidak. Setiap keinginan adalah hak semua manusia. Wajar. Tetapi akan menjadi kesalahan besar ketika keinginan itu menjadi obsesi dan membuatku hanya menunggu dan selalu menunggu terwujudnya keinginan itu. Aku menanti kesempatan yang tepat untukku. Menanti dan terus menanti tanpa melakukan sesuatu.
Kesalahan berikutnya adalah aku yang melewatkan banyak kesempatan yang datang. Hanya karena merasa kesempatan itu tidak cocok untukku, tak akan membuatku berhasil. Hah, apa dasarku merasa seperti itu. Siapa aku yang sok tahu tentang kesempatan yang datang. Beraninya meramalkan kesempatan itu tak akan berhasil membawaku pada kesuksesan dan kebahagiaan. Baru kusadari sekarang, betapa aku ini sangat kurang ajar kepada Allah, karena telah mencampuri hakNya dan kehendakNya tentang takdir kesempatan yang diberikan padaku. Oh Najmi... how can you do it?
Kamis, 08 November 2012
Menghargai Proses
Mengingat lagi tema ini. Bukan, tetapi diingatkan lagi... karena aku sering melalaikannya. Tentu oleh Allah SWT, yang maha menyayangi... Padahal dulu pernah jadi slogan hidupku, "Allah tidak berorientasi pada hasil, tapi Allah melihat proses perjuangan kita." Kira-kira seperti itu moto hidup ketika aku SMA/
Bahkan ketika kuliah aku sering sekali menyadari hal ini. Bahwa hasil bukan segalanya. Aku memang mengiyakan dan melakukannya. Tak patah semangat saat hasil yang direncanakan tak terwujud. Pasti ada hikmah dibalik semua itu. Aku meyakinkan hati. Hikmah yang menjadi pemahaman dan pengetahun untukku. Pelajaran penting. Petunjuk.
Sayang disayang, aku adalah orang yang mudah lalai. Mudah tersulut. Dan mudah terhempas. Lemah. Ketika ada banyak hal yang sudah ku usahakan dengan keras, dan aku mendapatkan hasil yang tak setimpal, aku menyerah... Satu dua kali sampai beberapa kali hasil itu tak memuaskan aku menerima. Menyadari bahwa aku harus berjuang lebih keras lagi. Tapi saat perjuangan itu semakin panjang dan aku belum juga melihat hasil yang kudamba, aku seolah menanggung beban berat di hatiku. Merasa aku begitu lemah hingga perjuanganku hanya sebaas itu saja. Aku terlalu bodoh dan buruk untuk melakukan usaha yang lebih besar. Akhirnya aku menyalahkan diri sendiri. Lebih parah lagi aku putus asa. Enggan dan membenci melakukan perjuangan lagi. Yah, manusia...
Bahkan ketika kuliah aku sering sekali menyadari hal ini. Bahwa hasil bukan segalanya. Aku memang mengiyakan dan melakukannya. Tak patah semangat saat hasil yang direncanakan tak terwujud. Pasti ada hikmah dibalik semua itu. Aku meyakinkan hati. Hikmah yang menjadi pemahaman dan pengetahun untukku. Pelajaran penting. Petunjuk.
Sayang disayang, aku adalah orang yang mudah lalai. Mudah tersulut. Dan mudah terhempas. Lemah. Ketika ada banyak hal yang sudah ku usahakan dengan keras, dan aku mendapatkan hasil yang tak setimpal, aku menyerah... Satu dua kali sampai beberapa kali hasil itu tak memuaskan aku menerima. Menyadari bahwa aku harus berjuang lebih keras lagi. Tapi saat perjuangan itu semakin panjang dan aku belum juga melihat hasil yang kudamba, aku seolah menanggung beban berat di hatiku. Merasa aku begitu lemah hingga perjuanganku hanya sebaas itu saja. Aku terlalu bodoh dan buruk untuk melakukan usaha yang lebih besar. Akhirnya aku menyalahkan diri sendiri. Lebih parah lagi aku putus asa. Enggan dan membenci melakukan perjuangan lagi. Yah, manusia...
Minggu, 04 November 2012
Siapa Yang Ulang Tahun?
Kemarin adalah acara senang-senangku sebelum kembali ke Jogja dan melahap penuh kuliah beserta lauk-pauk tugas. Apa coba? Karena nggak jadi ke Sri gethuk, hujan dan mendung, airnya udah keruh, jelek jadi sungainya... Maka aku di rumah saja, merencanakan misi senang-senang yang lain. Plan B.
Apa itu... Menyalurkan hobiku yang udah lama tak timbul ke pemukaan. Membuat kue! Ya... aku suka membuat kue Sahabat. Bermula dari zaman dahulu kala Ibu yang suka bikin kue dan aku bantu. Jadilah dua anak perempuan Ibu mengikuti kesukaan Ibu. Mm, mungkin kesukaan para wanita kebanyakan. Maka mulailah kami bereksperimen dengan aneka resep kue. Bolu, cake, kue kering, onde-onde, donat, molen dan lainnya udah pernah bikin berulang-ulang malah.
Tapi, sejak kuliah aku jarang bikin kue. Karena sibuk di Jogja dan kakak yang udah pindah keluar kota. Nggak punya duit lebih juga buat bikin kue. Alhasil, ketika kemudian aku bikin kue nggak jadi dengan baik. Yang bantat, yang keras, yang bubar jalan pas digoreng hehe... Bahkan terakhir kemarin saat lebaran bikin kastangel yang mudah itu, nggak seenak pertama kali bikin atau sebelumnya. Agak keras dan kurang manis. Haduh... payah. Sampai aku berfikir, apakah kekuatan tanganku melemah? Tidak... Hus! Udah kayak punya kekuatan supranatural aja.
Karena itu Sahabat, aku merencanakan misi pengembalian kekuatan, ups, keterampilan maksudnya. Supaya aku tidak lupa dengan bagaimana cara memixer adonan, bukan... membuat kue. Mixer adonan mah semua juga bisa, tapi sampai berapa lama nah itu perlu pengetahuan dan pengalaman. Adonan yang baik terletak pada mixer bahan-bahan.
Apa itu... Menyalurkan hobiku yang udah lama tak timbul ke pemukaan. Membuat kue! Ya... aku suka membuat kue Sahabat. Bermula dari zaman dahulu kala Ibu yang suka bikin kue dan aku bantu. Jadilah dua anak perempuan Ibu mengikuti kesukaan Ibu. Mm, mungkin kesukaan para wanita kebanyakan. Maka mulailah kami bereksperimen dengan aneka resep kue. Bolu, cake, kue kering, onde-onde, donat, molen dan lainnya udah pernah bikin berulang-ulang malah.
Tapi, sejak kuliah aku jarang bikin kue. Karena sibuk di Jogja dan kakak yang udah pindah keluar kota. Nggak punya duit lebih juga buat bikin kue. Alhasil, ketika kemudian aku bikin kue nggak jadi dengan baik. Yang bantat, yang keras, yang bubar jalan pas digoreng hehe... Bahkan terakhir kemarin saat lebaran bikin kastangel yang mudah itu, nggak seenak pertama kali bikin atau sebelumnya. Agak keras dan kurang manis. Haduh... payah. Sampai aku berfikir, apakah kekuatan tanganku melemah? Tidak... Hus! Udah kayak punya kekuatan supranatural aja.
Karena itu Sahabat, aku merencanakan misi pengembalian kekuatan, ups, keterampilan maksudnya. Supaya aku tidak lupa dengan bagaimana cara memixer adonan, bukan... membuat kue. Mixer adonan mah semua juga bisa, tapi sampai berapa lama nah itu perlu pengetahuan dan pengalaman. Adonan yang baik terletak pada mixer bahan-bahan.
Si Hijau Kesukaanku
Dialah si
hijau yang seksi yang ketika memakannya akan sangat nikmat. Dia tidak murahan
dan termasuk yang mahal ketika menjadi minuman, apakah itu…
Alpukat atau
Avocad
Buah satu
ini termasuk buah yang unik karena tidak manis sama sekali. Hambar malah. Tidak
bersari juga ketika diperas. Lalu, apa dong enaknya… Ya dibikin jus… dicampur
ke air gula, sirup atau susu… Hmm yummy! Siapa yang tak tergiur dengan segelas
hijau kental nan seksi ini? Hanya orang yang nggak suka aja yang nggak tergiur…
Dan aku…
termasuk yang suka, sangat suka dan maniak alpukat… sejak kecil. Betapa aku
langsung jatuh cinta pada pertemuan pertama, pertama kali minum jus alpukat
maksudnya… Maka seringlah diriku memesan
jus alpukat dan membeli buah alpukat.
Entahlah, kenapa aku begitu sukanya, begitu maniaknya dan begitu mengunggulkannya dari buah yang lain. Padahal kodratnya buah kan manis makanya sangat disukai atau beraroma khas sehingga sangat diminati. Tetapi alpukat beda, dan inilah yang membuatnya sangat unik dan bikin aku jatuh hati. Bertahun-tahun tak pernah berkurang
sukaku dan malah semakin suka ketika tahu manfaat yang terkandung dalam buah
alpukat.
Entri Populer
-
Ayah, ada satu permintaanku padamu. Namun, betapa sulitnya kukatakan ini pada Ayah. Kesulitan ini apakah wujud cintaku padamu atau bukti t...
-
Terakhir kan kita membicarakan tentang dokter umum yang masih baru dan salah diagnosa, bisa kita lanjutkan pembicaraan ini? Tapi, sebelum me...