Kamis, 29 November 2012

Penat dan Lemahku Hadirkan Cinta

Kemarin aku merasa yang entahlah, pergumpalan rasa penat yang aku sendiri tak paham. Dan menulislah diriku.


Adakalanya di suatu titik kita merasa segala yang kita lakukan, usahakan, perjuangkan, korbankan, dan segalanya yang dari kita telah maksimal, begitu banyak. Namun ternyata masih belum selesai. Masih kurang banyak mungkin. Titik yang kita sendiri pun belum lelah melangkah dan bertarung. Kita masih kuat untuk melanjutkan hingga akhir. Meski harus berpacu mengimbangi hingga melawan waktu. Kita berpikir bisa. Titik ini bukan kelemahan diri. 

Namun titik ini juga merupakan titik rawan. Adalah ketika kita akhirnya tak bisa. Pencapaian itu kosong. Khawatir tetap lah ada. Maka di titik inilah perasaan berat itu ada. Merasa, oh aku sudah berupaya keras dan masih harus lebih keras lagi untuk bisa memenuhi pencapaian. Suatu titik yang menjadi sebuah kata lelah. Rasanya ingin sekali berkata, aku lelah… Dan di titik inilah aku berada. Aku masih memiliki harapan tinggi untuk berjuang lebih banyak dan aku merasa mampu. Tetapi ternyata ada perasaan aku ingin beristirahat. Mungkin sekedar menangis. 


Ya, di titik inilah aku ingin menghempaskan rasa kepadaNya. Sungguh ingin merapuhkan diri di hadapanNya. Karena aku mendapat sebuah kesadaran di titik ini, ialah semua yang aku lakukan, yang begitu banyak, semua adalah atas kehendak dan kuasaNya. Kasih sayang dan cintaNya padaku dengan memudahkan aku melangkah, menguatkan hatiku. Lebih dari itu, Dia menjaga selalu tubuh dan pikiran ini tetap bertahan dalam keadaan baik. Sungguh semua itu dan bahkan lebih dari yang aku tahu, adalah kebaikanNya yang melimpah ruah kepadaku… kenikmatan yang tiada banding. 

Maka dengan kesadaran ini pula aku pantas untuk bersungkur pada titik ini. Menunjukkan kelemahanku meski aku masih mampu bertahan. Karena aku tak mau sombong dengan menggantungkan segala kekuatan pada diriku. Percaya diri berlebihan itulah yang menghancurkan. Karena aku memang lemah, sungguh lemah… Ingin merintih, memelas dan bermanja di titik kesadaran ini. Memohon kekuatan hingga akhir… karena hanya Dia yang maha kuasa atas segalanya. Dia yang menguatkan suatu kelemahan. Dia yang memudahkan segala kesulitan. Dia yang maha mengasihi… 

Lalu tadi pagi, saat kuliah Pak Dosen memulai dengan kalimat pembuka ceramah dan doa nabi Musa. Aku segera ingat kembali doa indah itu... Sudah pernah kutuliskan dan sudah pernah sangat membekas. Bagaimana bisa aku melupakannya di saat ini yang segala penat dan sibuk menliputi. Aku menjadi sangat berterima kasih dengan Pak Dosen telah mengingatkan kembali, atas izin Allah.

Pak Dosen mungkin mengetahui betapa kami seperti diliputi banyak tugas dan tuntutan seorang mahasiswa. Karena sebelumnya kami memang sedang meributkan tugas yang repot. Maka beliau menuntun kami kepada doa nabi Musa agar kami lebih kuat dengan memohon kepada Allah. Memohon kelapangan dan kemudahan. Saat beliau berbicara lirih tentang itu, agar kembalikan semua kepada Allah, hatiku merapuh dan hampir menggenang air. Ah, beneran seperti teriris pisau tumpul lah rasa hatiku yang lunak ini. Antara perih dan pasrah. Bahagia dan letih.

Apa pun yang tengah terjadi, selalu berdzikir kepada Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentari Tulisanku Sobat...


Entri Populer

Pengikut