Jumat, 14 September 2012

Ingatan Tentang Ayah

Ketika Mbakku mengajari anaknya yang masih kelas 1 SD tentang pelajaran sekolah, ingatanku melayang ke masa lalu. Aku juga seperti itu dulu. Mbakku ini rutin tiap malam menjadi guru untuk anaknya. Telaten meski kadang ada sedikit kekesalan. Sedangkan aku, dulu juga mungkin seperti itu, membuat kesal karena ketidakpintaranku. Tetapi seingatku, tak pernah aku dibentak-bentak dan aku menjadi tertekan juga takut. Tidak seperti itu. Karena, ayahku, lebih telaten dari seorang ibu mengajari anaknya belajar. Maksudku, dari Ibuku sendiri dan Mbakku itu.


Selama SD, seingatku, Ayah yang mengajari banyak hal tentang pelajaran di sekolah. Matematika, IPA, IPS, PPKn, dan Agama juga bahasa Indonesia. Meski Ibuku itu lebih pintar bahasa Indonesia, tetap Ayah yang lebih banyak mengajari kami, anak-anaknya. Ibu hanya sampai mengajari kami belajar membaca, sampai kami benar-benar lancar membaca. Selanjutnya, Ayah yang menjadi guru privat untuk kami.


Ibu dan Ayah sama-sama guru SD waktu itu. Namun ternyata Ayah yang lebih telaten mengajari banyak hal pada kami. Aku bisa menghafal perkalian juga karena Ayah. Mengetahui tentang siklus hujan dan makhluk hidup juga dari Ayah. Kami mengetahui negara-negara di dunia juga benderanya, Ayah pula yang menunjukkanya pada kami. Sungguh semua hal sepertinya kami tahu dari Ayah. Betapa baru kusadari sekarang, Ayahku sungguh sabar dan semangat mengajari kami.



Aku ingat, di suatu malam, Ayah memberi kami kuis. Aku, adikku dan kakakku duduk melantai di depan ayah yang duduk di kursi rendah. Ayah akan melemparkan pertanyaan pada kami dan kami siapa yang tahu jawabannya akan berteriak aku tahu. Memang kelasi kami berbeda. Aku dan adikku terpaut 3 tahun sedang aku dan kakakku terpaut 4 tahun. Tetapi Ayah sering mengajari kami tentang suatu pengetahuan bersamaan. Lucu sekali saat itu. Betapa kami akan senang sekali ketika tahu jawabannya. Sama senangku ketika aku bisa setor hafalan perkalian di bawah 10 pada Ayah. Sungguh aku merasakan pula kebahagiaan Ayah yang berhasil mengajari kami...


Tak hanya tentang mengajari pelajaran sekolah, Ayah pintar sekali mendongeng. Tiap akan tidur, kamu bertiga berbaring dekat-dekat Ayah. Dan mulailah cerita-cerita menarik dari Ayah. Cerita dongeng, legenda, dan mitos. Ah, banyak sekali cerita itu. Ayah akan berperan sebagai tokoh-tokoh dalam dongeng itu dengan mendalam. Sehingga kami seolah-olah melihat dan mendengar jelas cerita dari dongeng itu. Mungkin, sejak itulah imajinasiku mulai berkembang. Imajinasi dan bercerita yang tertuang dalam tulisan. Aku suka menulis, ternyata berawal dari cerita-cerita Ayah... Aku juga baru tahu bahwa Ayah suka menulis puisi. Aku mewarisi kesukaan Ayah.


Betapa baru kusadari sekarang, Ayahku adalah salah satu Ayah yang terbaik. Dan kamilah, anak-anaknya yang tahu seberapa baik dan terbaiknya Ayah kami. Sungguh beruntung Ibu memiliki Ayah dan Ayah pun beruntung memiliki Ibu. Betapa keharmonisan keduanya selalu kurasakan. Kelak, aku juga menginginkan keharmonisan seperti orangtuaku. Berharap mendapat suami seperti sosok Ayahku, yang rajin ibadah, penyayang, penyabar, pekerja keras dan kebaikan lainnya...


I love you... Ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentari Tulisanku Sobat...


Entri Populer

Pengikut