Berangkat tepat pukul 2 siang, berfikir bisa menghindari
ramai di jalan. Kalau berangkat sore kemungkinan ramai, kan sabtu, pada mudik. Dan
karena aku pingin agak lama di Wonosari. Sampai rumah ashar dan bisa istirahat.
Tapi kawan, rencana dan pemikiran sungguh bisa berubah ketika takdir Allah
berjalan. Jam setengah 3, saat jalan menanjak, banku bocor kawanku, sahabatku…
Ingat, kalau sebentar lagi ada tambal ban. Perlahan kukendarai motor dan sampai
lah di tambal ban yang diseberang jalan. Menyebrang yang menakutkan, karena
memotong jalan menurun yang agak menikung. Allah maha pelindung.
Lalu aku
kesitu dan tukang tambal bannya tak ada, mesti nunggu. Sekitar sepuluh menit
kemudian yang datang adalah anak kecil, umur 10 atau 11 tahunan. Maksudnya apa
nih? Ternyata dia yang mau nambalin banku. Yasudah percaya. Aku disuruhnya
menyetandar dua motorku. Lha aku nggak bisa, seumur tuh motor, nggak pernah aku
standar dua sendiri. Mesti dibantuin atau minta tolong orang lain. Akhirnya
dia panggil mbaknya, dan bertiga kami bersusah payah menyetandarkan dua
motorku. Tenagaku berkurang lagi saudara-saudara… Fiuh, sabar.
Aku menunggu
dengan riang, mencoba mengalihkan ketidakenakan tubuhku. Tapi memang tu ban
dalam udah banyak yang bocor dan aku mesti ganti. Sayang disayang, persediaan
disitu habis dan mesti beli. Aku manut saja, malah lebih cepat kalau cuma
tinggal ganti. Tetapi… duh, banyak tapi ya? Ini baru setengah cerita soal ban
bocor lho ya. Tetapi disitu tak ada motor dan tak ada orang lain kecuali
bertiga kami. Menunggulah cowok kecil itu bis yang lewat. Bis jurusan
jogja-wonosari. Dan hari itu memang hari ujianku. Bisanya tak lewat juga sampai
pukul 3 lebih. Sampai ada lagi motor yang bannya bocor (em, jadi mikir
sekarang, ada sesuatu kah?)-hus, jangan suudzon! Bahkan kakaknya yang cowok
datang pun tak bisa berbuat banyak, belum ding. Dia bantuin motor yang baru
datang.
Akhirnya si anak kecil itu jalan kaki ke piyungan, cari ban dalam baru.
Kasihan ya… Beberapa menit kemudian ada temannya bawa motor. Dan si kakak
menyusul adiknya, karena motor satunya itu juga mesti ganti ban juga. Lama kami
nunggu, pukul 3.40 mereka datang dan gantiin ban. Motor satunya sepuluh menit
selesai, motorku masih lama. Sabar Najiva… Sabar juga ketika keduanya, si anak
kecil dan si teman, merokok! Kasihanku hilang seketika sama anak itu, pf…
Menahan bau rokoknya yang bikin kepalaku makin pusing dan perutku makin mual.
Dan…
akhirnya, motorku, selesai, benar-benar selesai saudara-saudara! Lega yang
sebenar-benarnya! Pukul 4.10, teng! Kesabaran pertama, berhasil! Menurutku ya,
hehe… Karena tak ada marah atau mendongkol. Menikmati perjalanan yang beberapa
kali kena macet karena ada bis atau truk yang mogok di pinggir jalan. Sampai jualah
diriku di rumah Wonosari. Aku ceritakan kejadian itu pun dengan riang, sungguh
murni sabarku ^ ^
Di rumah juga disambut kakakku yang beliin aku ayam crispi,
hm… Eh, aku belum sholat dan segera mandi pake air anget lalu sholat. Menunggu
adzan maghrib. Pusing kepala dan demam sementara dikesampingkan. Baru setelah
makan buka puasa, aku mulai tepar. Memejamkan mata sebentar sebelum sholat
maghrib, hehe, ketahuan boroknya aku yang suka menunda kewajiban. Karena aku
merasa kedinginan saat ambil wudlu jadi disatuin sama ambil wudlu untuk sholat
isya. Aku sholat maghrib, membaca Al-Quran dan terpejam sesaat menunggu adzan
selesai. Sholat isya, minum obatku, pipis dan segera tepar di kasur. Kepalaku udah
hampir lepas melayang saking berat dan pusingnya kusangga. Sakit… harus sabar. Panas
tubuhku juga bikin nggak nyaman, gerah pula pake selimut. Tapi kalau nggak pake
kedinginan. Aku tidur pun nggak nyenyak, kayak mimpi buruk. Sungguh tak enak! Emang
gitu ya kalau demam, kayak mengigau dan sering mimpi buruk. Seingatku juga gitu
aku kalau demam. Mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
Malam itu juga terasa
panjang. Paginya aku udah agak mendingan. Nggak puasa… padahal rencana awal
habis puasa bayar hutang dilanjut puasa syawal, kan keburu habis syawalnya. Pagi
itu ceritanya nenek mandiin dek Zahra, tante di dapur masak, omku nggak tau
kemana. Nah aku yang mau cuci baju disuruh melayani pembeli di warung nenek. Aku
mencoba membantu, dengan keadaan yang masih belum seperti sedia kala normalnya.
Dan tragedi kecil terjadi, aku ketiban timbangan 2 ons tepat di kaki karena kurang hati-hati, kena tulangnya.
Sakitnyau! Ditahan aja, meski jadi memerah.Karena aku segera ingat bahwa musibah kecil yang
terjadi bisa disebabkan maksiat atau kesalahan kita sendiri. Dan aku langsung
menelusuri, keburukan apa yang kulakukan sebelumnya. Itu membuatku lebih sabar
dan menerima kecelakaan kecil. Lanjut nyuci baju dan kaus kaki. Makan
yang agak ogah-ogahan, apalagi minum air putih. Sepertinya memang kumat
dispepsiaku…
Lalu aku tidur sampai dzuhur. Nonton TV dan kemudian goreng
kentang dan tempe untuk bikin kering lalu cuci piring. Selesai istirahat bentar
dan mandi keramas. Balik Jogja pukul 4.45. Di jalan, subhanallah ramainya…
sabar… Beneran berada di ular panjang mobil-mobil dan motor yang menyemut. Beruntung
aku bisa melewati ular panjang itu. Walau sempat di klakson motor belakang
karena nggak nyalip juga dari kiri. Dipikir bisa apa dan mudah gitu, maka
kupersilakan motor itu nyalip aku dan menyalip mobil-mobil itu. Hasilnya apa,
nggak muat dia. Aku nyalip dari kanan dan berhasil sampai ujung ular panjang. Ye…
Sampai rumah jam 6. Rebahan bentar sambil buka hape, ada sms. Dari temanku
minta tugas kelompok bagianku. Harus dikirim sebelum isya. Ya ampun aku belum
bikin karena semalam tepar dan seharian berusaha menetralkan pusingku. Akhirnya
usai sholat maghrib aku kebut ngetik dan kirim pukul 7, setelah isya itu, duh
maaf teman…
Hh… begitulah kisah piluku yang jadi panjang kayak naga ini
(sepanjang ular mah lewat). Ujian kesabaran atas halang rintang, atas sakit dan
atas sikap orang-orang. Fiuh… Ada komentar saudara-saudara?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Komentari Tulisanku Sobat...