Terakhir kan kita membicarakan tentang dokter umum yang masih baru dan salah diagnosa, bisa kita lanjutkan pembicaraan ini? Tapi, sebelum melanjut, mau menambahkan tentang salah diagnosa lagi... Occur to my nephew... berhari-hari demam dan batuk. Sudah diberi antipiretik juga antibiotik, yang langsung golongan sefalosporin dan besoknya ditambah aminoglikosida, injeksi semua. Padahal nggak ada kejelasan dan kepastian dari data lab kalau terinfeksi bakeri. Tetep aja dikasih sampai satu minggu. Pulangnya masih dikasih AB sirup. Ya Allah, kasihannya... Bayi usia belum genap setahun sudah dikasih macam-macam antibiotik. Kasihan hati dan ginjalnya... Akhirnya apa, cek lab di RS besar ditemukan terinfeksi virus. Pengobatan kemarin salah total... Semoga virus itu mati denga daya tahan yang kuat. Aamiin. Segera bunuh virus itu ya Dek...
Lalu tentang dokter itu, dokter lelaki muda yang agak berbeda dengan dokter lainnya. Tentang penulisan resep. Tulisannya gede-gede dan jelas banget. Suka sih bacanya dan mudah aku siapin obatnya. Cuma agak geli aja ngeliat tu resep. Penuh kertas resep yang kecil itu, hihi...
Jadi, sebaiknya memang demikian ya... resep itu harus jelas agar tidak terjadi missing atau kesalahan pembacaan resep. Alasan agar tidak mudah dibaca pasien kayaknya sudah mulai tersapu. Nggak perduli kalau dulu ada pelajaran nulis resep yang nggak bisa kebaca. GJ banget deh! Nggak kasihan sama farmasi apa, kalau kesulitan baca resep mesti konfirm dan tanya ke dokter yang juga pasti sama sibuknya. Buang-buang waktu.
Bahkan sudah ada ya RS yang pakai elektronik resep alias resep yang diketik dan di print. Tapi mungkin agak keluar banyak biaya. Pernah denger celotehan kalau dokter nulis catatan medis aja males apalagi suruh ngetik. Entahlah.
Mungkin banyak pertimbangan sehingga gaya penulisan resep tetap demikian dari generasi ke generasi. Menjadi budaya yang sulit dirubah. Atau malah sudah menjadi ketetapan di UU. I don't know. Farmasis mah nerimo aja sepertinya.
Tapi kalau ada lagi macam dokter yang kusebutin diatas, salut deh... Breaking the rules! Menjadi berbeda. Aku nulis ini karena tadi nemuin resep yang ditulis lumayan besar dan sangat jelas. Wah... who's the next?
Rabu, 20 Maret 2013
Kamis, 07 Maret 2013
Hati-Hati Salah Identifikasi
Baca judulnya, udah peringatan gitu. Penting nih.... Kita ambil kasus salah identifikasi penyakit. Tentu dari data subyektif dan objektif kan baru bisa menyimpulkan hasil identifikasi yang berupa analisis sampe diagnosis. Pada akhirnya menentukan rencana terapi. Coba kalau dari awal sudah salah identifikasi, nah lho... salah terapi yang kemungkinan buruknya bisa memperparah penyakit.
Tapi rasa-rasanya itu hanya terjadi pada awam dan pemula yang belum banyak pengalaman dan masih diliputi keraguan (eh kok sampe ke ragu segala?) Ya begitulah, intinya kalau dia pintar dan banyak pengalaman tak sering salah identifikasi. Beda dengan yang belum kuat hatinya, bisa salah identifikasi! Berantakan deh! Jangan dengan mudah memutuskan suatu diagnosis deh... Berabe! Lihat dulu... cermati dulu... tes laboratorium juga... Sabar mendapati hasil pengamatan dan tes lab. Nggak boleh buru-buru mendiagnosa dan memberikan terapi. Kasihan pasiennya lah... dia pingin sembuh dan menjaga kesehatan. Bukannya semakin sakit...
Oke, cermati, pahami dan resapi benar-benar... hati-hati salah identifikasi rasa dalam hati! (Loh? Ujungnya kok beda?) *Sedikit membelokan @_@
Lanjut... Aku juga ada pengalaman tentang salah identifikasi. Siang itu saat jaga di RS, ada pasien anak yang periksa sama ibunya. Setelah mendengarkan keluhan dan informasi dari pasien, dokter muda ini ke apotek kan. Tanya sama aku, obat yang tepat apa ya... Aku tanya sakit apa dan bagaimana. Katanya gatal-gatal di tangan, tapi nggak seluruh tubuh. Bentol-bentol merah juga. Aku yang nggak paham, bingung tuing-tuing. Dokternya aja nggak tahu. Akhirnya aku cuma bisa tanya-tanya sok ikut mengidentifikasi dan menganalisa, tanpa memberi solusi. Takutlah asal kasih obat. Akhirnya dokternya memberi salep AB + kortikosteroid, aku lupa isinya... Aku dukung aja keputusan dokter.
Waktu berikan obat ke si ibu, jelasin kan cara pakainya. Terus si ibu memberi respon dengan menceritakan kalau anak-anak yang lain juga pada sakit yang sama, lagi musim katanya. Tuing, aku tertarik menelusuri kan, tanya kaya apa sakitnya. Ibu itu jelasin dan ujungnya bilang kalau orang-orang bilang itu flu singapura. Hah? Aku jadi teringat beberapa waktu lalu pas poli anak ada yang sakit itu juga, tapi salepnya bukan yang dikasih ini. Aku langsung minta ibu itu tunggu sebentar dan tanyain lagi ke dokter umum muda tadi, apa benar terapinya. Si ibu juga antusias, senang setelah aku bilang kalau kemarin memberikan obat pada pasien anak yang sama sakitnya.
Aku ke ruang periksa dokter dan bilang tentang sakitnya, hand and mouth disease bukan? Dokternya beristigfar dan mengiyakan. Dia yang penasaran dan bingung tentang diagnosa penyakit, segera menemui pasien tadi. Lalu ke apotek untuk mengganti obat. Karena obat yang tepat adalah antivirus... bukan antibakteri... Fatal kan akibatnya. Nggak sampai ke kematian memang, tapi pada keparahan penyakit dan ketidak sembuhan... sekali lagi kasihan pasiennya...
Finally, diberilah acyclovir salep. Dokter minta maaf dan si ibu lega... aku? Senang... karena bisa sedikit berperan meluruskan salah identifikasi dan salah terapi. Yey! (haiyah). Sekian cerita tentang salah identifikasi yang benar-benar kulihat, kualami dan ingat... Cerita lain tentang dokter muda diatas masih adalagi... Mau tahu? Haha... Dokter lelaki yang galau dengan lajangnya, oups! Sorry Dok :D
Tapi rasa-rasanya itu hanya terjadi pada awam dan pemula yang belum banyak pengalaman dan masih diliputi keraguan (eh kok sampe ke ragu segala?) Ya begitulah, intinya kalau dia pintar dan banyak pengalaman tak sering salah identifikasi. Beda dengan yang belum kuat hatinya, bisa salah identifikasi! Berantakan deh! Jangan dengan mudah memutuskan suatu diagnosis deh... Berabe! Lihat dulu... cermati dulu... tes laboratorium juga... Sabar mendapati hasil pengamatan dan tes lab. Nggak boleh buru-buru mendiagnosa dan memberikan terapi. Kasihan pasiennya lah... dia pingin sembuh dan menjaga kesehatan. Bukannya semakin sakit...
Oke, cermati, pahami dan resapi benar-benar... hati-hati salah identifikasi rasa dalam hati! (Loh? Ujungnya kok beda?) *Sedikit membelokan @_@
Lanjut... Aku juga ada pengalaman tentang salah identifikasi. Siang itu saat jaga di RS, ada pasien anak yang periksa sama ibunya. Setelah mendengarkan keluhan dan informasi dari pasien, dokter muda ini ke apotek kan. Tanya sama aku, obat yang tepat apa ya... Aku tanya sakit apa dan bagaimana. Katanya gatal-gatal di tangan, tapi nggak seluruh tubuh. Bentol-bentol merah juga. Aku yang nggak paham, bingung tuing-tuing. Dokternya aja nggak tahu. Akhirnya aku cuma bisa tanya-tanya sok ikut mengidentifikasi dan menganalisa, tanpa memberi solusi. Takutlah asal kasih obat. Akhirnya dokternya memberi salep AB + kortikosteroid, aku lupa isinya... Aku dukung aja keputusan dokter.
Waktu berikan obat ke si ibu, jelasin kan cara pakainya. Terus si ibu memberi respon dengan menceritakan kalau anak-anak yang lain juga pada sakit yang sama, lagi musim katanya. Tuing, aku tertarik menelusuri kan, tanya kaya apa sakitnya. Ibu itu jelasin dan ujungnya bilang kalau orang-orang bilang itu flu singapura. Hah? Aku jadi teringat beberapa waktu lalu pas poli anak ada yang sakit itu juga, tapi salepnya bukan yang dikasih ini. Aku langsung minta ibu itu tunggu sebentar dan tanyain lagi ke dokter umum muda tadi, apa benar terapinya. Si ibu juga antusias, senang setelah aku bilang kalau kemarin memberikan obat pada pasien anak yang sama sakitnya.
Aku ke ruang periksa dokter dan bilang tentang sakitnya, hand and mouth disease bukan? Dokternya beristigfar dan mengiyakan. Dia yang penasaran dan bingung tentang diagnosa penyakit, segera menemui pasien tadi. Lalu ke apotek untuk mengganti obat. Karena obat yang tepat adalah antivirus... bukan antibakteri... Fatal kan akibatnya. Nggak sampai ke kematian memang, tapi pada keparahan penyakit dan ketidak sembuhan... sekali lagi kasihan pasiennya...
Finally, diberilah acyclovir salep. Dokter minta maaf dan si ibu lega... aku? Senang... karena bisa sedikit berperan meluruskan salah identifikasi dan salah terapi. Yey! (haiyah). Sekian cerita tentang salah identifikasi yang benar-benar kulihat, kualami dan ingat... Cerita lain tentang dokter muda diatas masih adalagi... Mau tahu? Haha... Dokter lelaki yang galau dengan lajangnya, oups! Sorry Dok :D
Entri Populer
-
Ayah, ada satu permintaanku padamu. Namun, betapa sulitnya kukatakan ini pada Ayah. Kesulitan ini apakah wujud cintaku padamu atau bukti t...
-
Terakhir kan kita membicarakan tentang dokter umum yang masih baru dan salah diagnosa, bisa kita lanjutkan pembicaraan ini? Tapi, sebelum me...