Minggu, 30 September 2012

Ketika...

Suatu ketika, ada wanita yang tercengang dengan kekuatannya sendiri. Ketika ia benar-benar lemah dan tak mampu lagi berjalan. Lalu bertanya, "Sejauh inikah aku berjalan dan bertahan?" Ia teringat ketika terjatuh dan seketika itu pula ia berpikir mampu berdiri sehingga ia benar-benar berdiri dan melangkah lagi. Ia merasakan betapa kuatnya ia. Dan ketika ia sakit, dengan cepatnya ia berkata bahwa ia sehat dan baik, maka ia pun mampu melalui hari-hari tanpa kesakitan. Hm... begitulah, sepenggal kisah dari wanita itu. Ketika...

Ya, ketika kita bisa berpikir bahwa kita kuat, maka benar kuatlah diri kita. Lebih kuat dari yang kita pikirkan. Lebih kuat dari apa yang kita bayangkan. Bahkan lebih kuat dari yang apa yang kita inginkan... So, let's be positive thinking...

Kamis, 20 September 2012

3 Pasien Terheboh

Wah... kuota internet habis nih sahabat... Biasanya lemot, tapi sekarang malah nggak bisa buka situs yang bukan 10 daftar situs internet cepat itu... Untunglah google n facebook termasuk daftar 10. Jadi masih bisa fb-an sama bloging...

Oke, mumpung ada waktu luang sbelum zuhur dan kuliah lagi, aku mau nulis aja... Cerita... Tentang pasien-pasien terheboh di RS dulu aku kerja. Pasien dokter umum. Kalau pasien dokter anak sama kandungan, seingatku nggak heboh banget dan normal-normal aja. Kecuali pasien bersalin.

Selasa, 18 September 2012

Semangati Dirimu!

Pen...ting! Coba simak Sahabat.

Menyemangati diri sendiri itu perlu,
Ketika tubuh lelah dan hati lelah
Agar ringan segala beban

Menyemangati diri sendiri itu penting,
Ketika tubuh sakit dan hati sakit
Agar lebih merasa sehat

Menyemangati diri sendiri paling perlu dan paling penting,
Ketika tubuh dan hati serasa tak mampu lagi melanjutkan hidup

Maka dengan semangat yang datang dari diri,
Akan mendatangkan sejuta kekuatan
Sejuta keyakinan
dan sejuta kebahagiaan

Percayalah Sahabat... dan cobalah buktikan sendiri...

Kalau bukan kita yang menyemangati diri sendiri,
Siapa lagi?
Orang lain?
Berarti kita harus meminta dengan tunjukan sikap yang lemah
agar mereka menyemangati kita,
Wah, pengemis dong kita?
Mengemis semangat kepada orang lain...

So... Just get your spirit from yourself
Show your spirit, your fight!

Semangat Najiva! ^_^

Jumat, 14 September 2012

Ingatan Tentang Ayah

Ketika Mbakku mengajari anaknya yang masih kelas 1 SD tentang pelajaran sekolah, ingatanku melayang ke masa lalu. Aku juga seperti itu dulu. Mbakku ini rutin tiap malam menjadi guru untuk anaknya. Telaten meski kadang ada sedikit kekesalan. Sedangkan aku, dulu juga mungkin seperti itu, membuat kesal karena ketidakpintaranku. Tetapi seingatku, tak pernah aku dibentak-bentak dan aku menjadi tertekan juga takut. Tidak seperti itu. Karena, ayahku, lebih telaten dari seorang ibu mengajari anaknya belajar. Maksudku, dari Ibuku sendiri dan Mbakku itu.


Selama SD, seingatku, Ayah yang mengajari banyak hal tentang pelajaran di sekolah. Matematika, IPA, IPS, PPKn, dan Agama juga bahasa Indonesia. Meski Ibuku itu lebih pintar bahasa Indonesia, tetap Ayah yang lebih banyak mengajari kami, anak-anaknya. Ibu hanya sampai mengajari kami belajar membaca, sampai kami benar-benar lancar membaca. Selanjutnya, Ayah yang menjadi guru privat untuk kami.


Ibu dan Ayah sama-sama guru SD waktu itu. Namun ternyata Ayah yang lebih telaten mengajari banyak hal pada kami. Aku bisa menghafal perkalian juga karena Ayah. Mengetahui tentang siklus hujan dan makhluk hidup juga dari Ayah. Kami mengetahui negara-negara di dunia juga benderanya, Ayah pula yang menunjukkanya pada kami. Sungguh semua hal sepertinya kami tahu dari Ayah. Betapa baru kusadari sekarang, Ayahku sungguh sabar dan semangat mengajari kami.

Senin, 10 September 2012

Ujian Kesabaranku

Kuceritakan, kuceritakan… hai kawan, kuceritakan kisah piluku… he… Kisah sehari (24 jam lebih dikit sih, em beberapa jam saja). Awal mula adalah siang yang aku agak berat untuk pulang. Kalau tak ingat ambil uang yang juga ada amanahnya, dan ambil obat herbalku, mungkin sudah tenang untuk tidur siang. Karena sepagi itu aku pusing dan agak demam. Perutku juga rada nggak enak. Aku puasa bayar hutang yang terakhir, yang buatku kadang perih lambungnya. Tapi aku harus tetap lanjutkan puasaku meski banyak tak mengenakan juga harus tetap melakukan perjalanan dengan motor meski berat. Niat sudah mantap bahwa aku sehat selamat dalam perjalanan. Sudah minta doa sama ibu dan kakak juga. Tenang. 

Berangkat tepat pukul 2 siang, berfikir bisa menghindari ramai di jalan. Kalau berangkat sore kemungkinan ramai, kan sabtu, pada mudik. Dan karena aku pingin agak lama di Wonosari. Sampai rumah ashar dan bisa istirahat. Tapi kawan, rencana dan pemikiran sungguh bisa berubah ketika takdir Allah berjalan. Jam setengah 3, saat jalan menanjak, banku bocor kawanku, sahabatku… Ingat, kalau sebentar lagi ada tambal ban. Perlahan kukendarai motor dan sampai lah di tambal ban yang diseberang jalan. Menyebrang yang menakutkan, karena memotong jalan menurun yang agak menikung. Allah maha pelindung. 

Jumat, 07 September 2012

Kadar Perasaan

Rasa yang seperti bunga liar yang bisa merambat menjalar tak terkendali jika tak pernah diperhatikan. Harus diperhatikan agar tak berlebih, tapi juga jangan berlebih memperhatikannya.

Lagi baca-baca dan tertangkaplah kalimat diatas. Mak deg! kok bisa ya aku nulis kalimat diatas. Lagi sadar sepertinya. Em... aku mau mau ngomongin soal rasa hati nie...?? @_@ Kenapa nih... Hayo... >_< a... malu ah! (loh, kok malah dialog sendiri?)

Ya nggak apa-apa membicarakan tentang sebuah rasa. Rasa spesial yang nggak pake telor, tapi langsung pake hati! Aih... sadap... Hihihi :P Duh, bahasaku kok jadi menjurus alay dan gombal nih! Mendekati ala-ala anak muda ABG (sadar diri udah tua *_*).

Kamis, 06 September 2012

Rania Az-Zahra Putri

Oh Dek Zahra… ayo keluar dong… segeralah lahir ya sayang… ke dunia yang sungguh fana ini… Lahir dan bahagiakan kami dengan tangismu… suara pertama mu. Untuk kemudian tersenyum pada kami… ^ ^ pada kedua orangtuamu… Kami semua telah menantikan hadirmu sayang…
                                   (Ini tulisan di pagi hari sebelum dek Zahra lahir)

Rabu, 05 September 2012

Akhir Penyesalan

Lelaki itu memandangi jalanan yang ramai. Duduk sendiri di bangku melingkar. Sendiri merenung. Melayangkan pikiran ke masa silam. Tujuh tahun lalu, ketika ia lulus SMA. Juga kenangan sebelum kelulusan yang membahagiakan.
             “Kamu udah yakin Ki?”
            “Tentang pilihanku? Tentu saja. Udah daftar, udah ujian, tinggal tunggu hasilnya. Kamu sendiri, kenapa sampai sekarang belum daftar kuliah?”
            “Rizki... Bukannya udah pernah ku bilang, aku nggak akan melanjutkan kuliah. Orangtuaku mana mampu biayai aku kuliah!”
            “Tapi kan ada beasiswa Argi, kamu pintar, pasti bisa masuk dalam daftar mahasiswa yang dapat beasiswa.”
            “Sama saja, biaya kuliah gratis, tapi biaya hidup di kota? Kasihan Mamak dan Bapak. Adik ku ada dua, udah SMP dan SMA.”
            “Kamu ikut kursus atau kuliah D3 yang sebentar?” Rizki antusias mencari kesempatan untuk sahabatnya agar bisa melanjutkan kuliah. Dalam pikirannya, sayang sekali jika lulus SMA tidak melanjutkan kuliah, apalagi Argi termasuk anak pintar. Tetapi Argi hanya menanggapi biasa dan malah tertawa menjawabnya.
            “Sudahlah Ki, keputusan tak akan berubah.” Argi berkata dengan senyum, namun masih belum membuat Rizki tenang.
            “Tapi, sebenarnya kamu ingin melanjutkan kuliah kan Gi?”seketika wajah Argi pias, hening, pertanyaan itu menggantung.
            “Benar kan?” Rizki kembali menegaskan pertanyaannya
            “Biarlah hanya menjadi mimpi yang tak terwujud. Aku sudah menguburnya dalam-dalam.” Wajah Argi kembali ceria, meski tak tahu di dalam hatinya.

Entri Populer

Pengikut